Nanti banyak waktu yang terbuang percuma
Maxi L Sawung
Dengan saling menggenang
Di saat jarak telah membentang
Rimbun Kepala
Di depan teras rumahmu
Hanya sebentar saja kita bertemu
Sebentar saja lalu kami berlalu
Dari dalam hatimu sebab tak ingin berlama-lama
Nanti banyak waktu yang terbuang percuma
Dengan saling menggenang
Di saat jarak telah membentang
Yang tidak lagi memungkinkan untuk berbalas pandang
Kau kadang mengeluh, kenapa cepat sekali berpamitan
Tanpa perlu kau tahu itu semua demi menunda
Kecendrungan-kecendrungan yang dapat mengakibatkan luka.
(2021)
Baca juga : Rimbun Kepala Antologi Puisi Maxi L Sawung
Baca juga : Kamu, Hujan, Kopi Dan Sepiring Jagung Rebus
Ayah
Tidak banyak berkata-kata
Sebab ia tahu cara membuatmu mengerti
Ialah dengan mengajarkanmu bekerja keras
Tanpa harus berkeluh-kesah
“Kurangi bicara. Perbanyak kerja. Sebab begitulah
Dari awal mula Tuhan menyuruh Adam bekerja keras”
Dan jika tiba waktu rasa cemas atau penat menyerang
Akan dia redahkan semuanya dengan segelas kopi
Agar pelan-pelan ia endapkan masalahnya ke dasar gelas
(2021)
Baca juga : Samudra Kasih Ibu Antologi Puisi Wandro J. Haman
Baca juga : Gerimis di Luar Semakin Liar Antologi Puisi Onsi GN
Ibu
Adalah mahluk yang tidak mudah untuk ditebak
Begitulah kata ayah suatu waktu kami duduk berdua
Sebab ia dapat menghadirkan angin ribut ketika amarahnya
Tak lagi tertahankan. Atau seperti deru banjir ketika
Tak mampu lagi mampu menampung tangis dibendungan matanya.
Juga dapat menjelma sejuk angin sore hari. Ketika waktu itu tiba
Ketika waktu ia duduk dan kita bercanda bersama.
(2021)

Penulis, Maxi L Sawung, tinggal di Maumere, menyukai buku dan Dia.
Komentar