DomaiNesia
ADVERTISEMENT
  • Redaksi
  • Team Redaksi
  • Cara Mengirim Tulisan
  • Kontak Kami
  • Beranda
  • Sastra
    • cerpen
    • Puisi
  • Opini
  • Renungan
  • Sosok
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
Banera.Id
Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil

Rindu yang Sempat Riuh

BANERA.ID by BANERA.ID
25/01/2021
in cerpen
1.2k
0
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Share on FacebookShare on TwitterShare on WhatsApp

Penulis :  Riko Raden

Masih teringat saat pertama kali aku mendekatimu di lorong tua ini. Engkau begitu cantik, indah untuk dipandang. Suaramu begitu lembut, jelas dan sedikit nuansa romantis. Aku pun sangat segan dan malu untuk mendekatimu. Aku berpikir engkau cocok menjadi kekasih para artis Indonesia. Iya, sangat cocok. Lihat saja kulitmu seperti para selebriti tanah air. Terlihat begitu mulus, putih dan nampak bersih. Aku segan untuk mendekatimu.

Di lorong tua ini, engkau pun diam seribu bahasa. Entah apa yang kau pikirkan. Aku juga tak tahu. Sesekali engkau memandang ke arahku, tapi aku malu membalas tatapanmu. Sungguh aku malu melihat embun pada bola matamu. Engkau tersenyum saat melihat aku yang tersipu-sipu malu oleh tatapanmu atau mungkin engkau telah mengetahui bahwa aku telah jatuh cinta padamu. Ahh, sungguh aku malu berhadapan dengan wanita secantik dirimu.

Baca juga : Yang Meracuni Antologi Puisi Indrha. Gamur

          Tak lama kemudian, engkau mendekatiku. Tiap langkahmu saat berjalan ke arahku membuat jantungku berdetak dan aku berkeringat, sungguh aku mulai malu. Hatiku terus merontak agar secepatnya meninggalkanmu. Tapi kakiku enggan untuk berjalan seolah-olah ada benda yang menempel di telapak kakiku. “Ahhh,, biarkan dia mendekatiku.” Kataku dalam hati. Engkau pun sudah mendekatiku. Tak ada cerita pun sapaan yang dilontarkan. Aku dan engkau diam tanpa kata. Cukup lama kami diam seperti dua orang yang sedang khusyuk berdoa.

Ia membuka percakapan yang sebenarnya hampir membeku itu, katanya dengan pelan dan bibir yang mantap melengkungkan garis membentuk senyum

“ Engkau tahu, aku ke sini ingin mengenalmu.”

“Ahh, tidak mungkin wanita secantik dia ingin mengenal diriku yang tidak ada potongan sama sekali ini. Rambut keriting dan pakaian compang-camping.” Kataku dalam hati dan pura-pura tak mendengar ucapannya.

“Hei bung, engkau dengar tidak ucapanku tadi.” Katanya lagi.

Dia semakin merapat. Tas yang sengaja kuletakan di samping untuk menjaga jarak, kini ia lemparkan ke lantai seolah-olah tak ada beban bahwa tas itu adalah milikku. Aku melihat jatuhnya tas itu seperti para pengemis di kota tua ini,  lugu tak berdaya.

“Iya, aku juga senang ingin mengenal dirimu.” Kataku dengan nada pelan.

“Aku tahu, engkau seorang penulis. Aku ingin belajar menulis bersamamu. Apakah engkau bersedia.”

“Aku bukan seorang penulis yang hebat seperti Joko Pinurbo Atau Goenawan Mohamad. Aku hanyalah manusia biasa yang tidak ada bakat untuk tulis-menulis.”

“Ahh.. Engkau bohong. Selama ini aku sering membaca tulisanmu di media. Jujur saja kalau engkau seorang penulis.”

“Memang aku sering menulis di media, tapi aku bukan seorang penulis seperti yang engkau pikirkan.”

“Intinya, aku ingin belajar menulis bersamamu. Bisa kan?”

“Baiklah, aku bersedia belajar menulis bersamamu. Tapi ingat engkau tidak boleh mengatakan kepada orang lain bahwa kita sedang belajar tulis-menulis.”

“Kenapa begitu?”

“Nanti saja aku memberikan jawabannya. Itu saja pesanku.”

Tak lama kemudian, kami kembali diam seribu bahasa. Sesekali aku mengambil buku dalam tas dan membacanya. Pada celah buku ini, aku sebenarnya ingin melihat ekspresi wajah cantiknya. Ia sungguh cantik dan suaranya lembut. Sungguh aku jatuh cinta dengannya. Aku pun kembali membaca buku. Sedangkan ia tersenyum dengan handphonenya. Agak sedikit cemburu dalam hatiku karena mungkin ia sedang jatuh cinta atau bertukar hati dengan sang kekasihnya.  Entahlah, dia juga wanita punya rasa cinta dan berhak untuk jatuh cinta dengan siapa pun.

Baca Juga : Bangku-Bangku di Gereja

Aku melihatnya pergi tanpa berkata apa pun kepadaku. Ia pergi seperti seorang pertapa di sebuah gunung. Pergi tanpa pamit pun mengucapakan kata terima kasih karena kami telah mengenal satu sama lain. Atau meninggalkan nomor handphone agar besok kami berjumpa di lorong ini lagi. Ahh, aku salah mengenal wanita sepertimu. Kelakuanmu tidak sejalan dengan kecantikanmu. Ternyata engkau cantik pada bagian wajah saja, hatimu licik seperti ular. Pada lorong tua ini, mengingat kata-katamu tadi membuat bibirku enggan untuk tersenyum kembali. Semuanya jelas, engkau datang seperti angin berlalu.

Besoknya, ia kembali ke tempat ini. Mungkin ia senang berada di lorong gelap ini. Atau mungkin ia sudah berjanji dengan seseorang untuk bertemu di tempat ini. Entahlah, intinya dia menikmati suasana di tempat itu. Di lorong ini, ia terus duduk seorang diri. Seseorang yang sedang dinantikan tak kunjung datang. Sesekali ia meraba handphonenya. Namun tak ada pesan masuk. Tak lama kemudian, ia berdiri lalu duduk kembali. Cukup lama ia berada di lorong ini. Dari jauh aku memandangnya dengan teliti. Kecantikannya tak pernah pudar.

Baca Juga : Hujan Di Pertengahan Januari Antologi Puisi Erik Bhiu

Aku sengaja tidak menghampirinya. Aku tak ingin kehadiranku di sampingnya membuat dia merasa tidak aman. Lebih baik aku berdiri saja sambil turut menantikan seseorang yang sedang ia tunggu. Suasana di tempat ini semakin sunyi. Ia tidak menggubris kesepian yang menyelimuti dirinya. Tak lama kemudian, datanglah seorang lelaki duduk di sampingnya. Tak ada jarak di sana. Mereka semakin merapat tanpa mengingat peraturan dari dinas kesehatan selama virus corona masih merajalela. Juga tak memakai masker ketika seorang lelaki itu mencium keningnya.

 Aku cukup cemburu saat meelihat adegan itu. Walau belum mengenalnya lebih mendalam aku telah mulai jatuh cinta padanya sejak pertemuan di lorong itu dan aku menyadari bahwa aku salah.

Baca Juga : Perihal Rindu Antologi Puisi Ella Mogang

Aku pun tahu bahwa cinta dan rindu adalah sejenis keyakinan yang tiba-tiba, yang selalu melewati ambiguitas batas-batas, yang terjalnya selalu bisa niscaya. Mengenalmu di lorong itu, cinta dan rindu kuhadapi bersama. Masih ada rindu dalam hati ini, yang tak mau kunjung jeda. Aku relakan saja engkau berjuang bersama pilihanmu walau rindu ini terus menghantuiku. Setidaknya kita pernah mengenal, meyapa sambil tersenyum bersama di lorong itu. Lupakan percakapan itu, jika memang menyakiti hatimu. Tapi jika engkau rindu, ingatkan saja bahwa kita pernah saling menyapa tanpa nama. Lucukan! Sudah larut malam. Biarkan rindu ini aku yang urus!

Tags: cerpenRindu
DomaiNesia
Postingan Sebelumnya

Yang Meracuni Antologi Puisi Indrha. Gamur

Postingan Selanjutnya

Ciuman Pertama Antologi Puisi Defri Noksi Sae

BANERA.ID

BANERA.ID

Merupakan media yang khusus berkosentrasi pada dunia literasi di Indonesia dan NTT khususnya. #Lensamilenial#

Postingan Terkait

Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

CINTA VIRGINIA

26/02/21
1.2k
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Bunga di Tepi Jalan

07/02/21
1.2k
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Bukan Aku Yang Dikubur, Tapi Harapku

02/02/21
1.3k
Ilustrasi : Sumber gambar Freepik.com

Kamu, Hujan, Kopi Dan Sepiring Jagung Rebus

28/01/21
1.3k
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Bangku-Bangku di Gereja

20/01/21
1.3k
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Ina Ada yang Patah Selepas Mengenalmu

06/01/21
1.3k
Postingan Selanjutnya
Ilustrasi (Sumber Gambar : Freepik.com)

Ciuman Pertama Antologi Puisi Defri Noksi Sae

Ilustrasi(Sumber gambar Freepik.com)

Merindu Antologi Puisi Widiana Marny

Ilustrasi : Sumber gambar Freepik.com

Perempuan Patah Hati Dengan Kenangan Yang Masih Enggan Antologi Puisi Ningsih Ye

Ilustrasi : Sumber gambar Freepik.com

Kamu, Hujan, Kopi Dan Sepiring Jagung Rebus

Ilustrasi (Sumber Gambar Freepik.com)

Selamat Bertambah Usia " N" Antologi Puisi Maxi L Sawung

Komentar

Rekomendasi

  • All
  • Opini
  • cerpen
  • Puisi
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Perihal Rejeki Antologi Puisi Maxi L Sawung

27/02/2021
17
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Kita dan Kuasanya-Nya Antologi Puisi Verr Lado

15/02/2021
1.2k

Trending

Kunjungan Presiden Jokowi di Desa Makata Keri di Sumba Tengah, NTT (Foto : Agus Suparto)

Food Estate dan Budaya Berkerumun

25/02/2021
99
Patung Yesus (sumber gambar Freepik.com)

Via Dolorosa Antologi Puisi Antonius Bi Tua

01/03/2021
1.3k

Di Batas Kota Antologi puisi Maria Makdalena

01/03/2021
63
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Fragen Jingga Antologi Puisi Venansius Patrick Padu

21/02/2021
1.3k
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Doamu Mantra Pelindung Antologi Puisi Veer Lado

18/02/2021
1.3k

Facebook

Instagram

Ikuti Kami

  • Selamat Hari Pahlawan 10 November    haripahlawan   banera id
  •  Cerpen   Kali ini  apa pun yang terjadi jagoan kita harus menang  Bayangkan saja  di dunia maya kita memiliki banyak followers  Akun-akun palsu tentunya        Penulis  Waldus Budiman  selengkapnya di   Banera id           banera id  cerpenindonesia  pilkada
  •   Cerpen   Dear Randy   Terima kasih banyak sudah menyapa aku lebih dulu  Terima kasih banyak untuk rasa cinta dan sayang yang kau izinkan untuk diam di dalam hatimu untuk beberapa saat    Walaupun seperti itu aku tetap bersyukur karenanya  Aku mohon maaf karena tidak bisa memberikan yang terbaik di dalam hubungan kita selama ini    Membaca kalimatmu yang mengatakan kalau dirimu sudah sejak lama menyembuyikan rasa jenuh  membuat aku sangat malu dengan diriku sendiri  Jujur saja  ini adalah kalimat yang luar biasa menyakitkan    Aku bahkan berpikir bahwa seorang Randy tidak menyayangi aku dengan sungguh  Besarnya kepercayaanku kepada kamu membuat aku tidak mampu untuk menyimpan pikiran kotor tentang cintamu  Aku mencintai dan menyayangimu dengan sungguh dan penuh kasih dan aku melakukan semuanya dalam nama Tuhan    Terima kasih untuk semua hal baik yang sudah kamu ajarkan kepadaku  Tetap semangat dalam pelayanannya  sukses terus dan ingat selalu jaga kesehatannya dan selalu andalkan Tuhan dalam segala hal  Aku selalu mendukungmu  Kamu tau itu kan       Natly  Penulis    Natalia Delastry Gunas  Klik link website di bio untuk membaca  ceritanya   banera id  cerpenindonesia   cinta
  • Sebuah Cerita Pendek ini diangkat dari kisah nyata di  kebupaten Manggari Timur  tepatnya gambaran akan situasi perjalanan dari kampung Wukir  Kec  Elar Selatan menuju kota Ruteng dan kota   Borong   Penulis  Akri Suhardi  Mahasiswa semester IV  STFK-Ledalero  Tinggal di unit Yosef   Klik link website di bio untuk membaca  ceritanya   banera id  cerpen  manggaraitimur  kampungwukir
  • Logo Banera id

RSS Berita FajarNTT.com

  • 231 Stan di Lembor Ludes Terbakar, Camat Lembor : Ini Yang Kedua Kali 05/03/2021
    Manggarai Barat, FajarNTT.com –  Sebanyak 231 stan di Pasar Wae Baca Juga The post 231 Stan di Lembor Ludes Terbakar, Camat Lembor : Ini Yang Kedua Kali appeared first on FajarNtt.com.
    Redaksi
  • Bertambah 10 Orang Positif Rapid Test Antigen di Kecamatan Riung 04/03/2021
    Ngada, FajarNTT.com – Gugus tugas dari tenaga kesehatan percepatan penanggulangan Baca Juga The post Bertambah 10 Orang Positif Rapid Test Antigen di Kecamatan Riung appeared first on FajarNtt.com.
    Redaksi
  • Gelar Musrenbang, Camat Congkar : Ada 4 Desa Yang Harus Jadi Desa Berkembang 04/03/2021
    Manggarai Timur, FajarNTT.com – Pemerintah Kecamatan Congkar melaksanakan musyawarah rencana Baca Juga The post Gelar Musrenbang, Camat Congkar : Ada 4 Desa Yang Harus Jadi Desa Berkembang appeared first on FajarNtt.com.
    Redaksi
  • “King Herodes”, Kedai Kopi Sederhana dan Harganya Pun Merakyat 03/03/2021
    Manggarai, FajarNTT.com – Beberapa tahun terakhir, tren konsumsi kopi di Baca Juga The post “King Herodes”, Kedai Kopi Sederhana dan Harganya Pun Merakyat appeared first on FajarNtt.com.
    Redaksi
  • Tidak Menjanjikan Jabatan, Hery Nabit : Tidak Mau Kerja, Minggir! 01/03/2021
    Manggarai, FajarNTT.com –  “Kita lakukan rekonsiliasi sambil kerja. Mari rekonsiliasi Baca Juga The post Tidak Menjanjikan Jabatan, Hery Nabit : Tidak Mau Kerja, Minggir! appeared first on FajarNtt.com.
    Redaksi

Profil Banera

Banera.Id

Merupakan media yang khusus berkosentrasi pada dunia literasi di Indonesia dan NTT khususnya. Karena itu, banera.id tidak menyajikan liputan berita-berita.

Tak ada kategori

  • cerpen
  • Opini
  • Puisi
  • Redaksi
  • Renungan
  • Resensi
  • Sastra
  • Sosok
  • Tombo Turuk
  • Traveller

Ikuti Kami

Facebook Twitter Instagram

Postingan Terbaru

Di Batas Kota Antologi puisi Maria Makdalena

01/03/2021
Patung Yesus (sumber gambar Freepik.com)

Via Dolorosa Antologi Puisi Antonius Bi Tua

01/03/2021
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

Perihal Rejeki Antologi Puisi Maxi L Sawung

27/02/2021
Ilustrasi (Sumber gambar Freepik.com)

CINTA VIRGINIA

26/02/2021
Kunjungan Presiden Jokowi di Desa Makata Keri di Sumba Tengah, NTT (Foto : Agus Suparto)

Food Estate dan Budaya Berkerumun

25/02/2021
  • Redaksi
  • Team Redaksi
  • Cara Mengirim Tulisan
  • Kontak Kami

© 2020 Banera.Id by Petanisoftware.

Tidak ada hasil
Lihat Semua Hasil
  • Beranda
  • Sastra
    • cerpen
    • Puisi
  • Opini
  • Renungan
  • Sosok
  • Cara Mengirim Tulisan
  • Kontak Kami
  • Redaksi
  • Tim Redaksi

© 2020 Banera.Id by Petanisoftware.

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Create New Account!

Fill the forms bellow to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In